SEJARAH

TOKOH PENDIRI PSM

PENDIRIAN PESANTREN TAKERAN OLEH KH HASAN ULAMA

Kyai Hasan Ulama’ adalah seorang tokoh pemuka agama dan ahli Hikmah Sufiyah. Beliau adalah pendiri Pesantren Takeran yang menjadi cikal bakal adanya Pesantren Sabilil Muttaqien saat ini. Kyai Hasan Ulama merupakan putera dari Kyai Khalifah atau Pangeran Cokrokertopati yang menjadi penasihat spiritual Pangeran Diponegoro yang berasal dari Kebondalem Kemusuk Argomulyo Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Disaat terjadi peperangan dengan penjajah Belanda, Kyai Khalifah mengungsi kearah timur untuk menghindari dari pengejaran. Hingga sampailah ke wilayah Ponorogo tepatnya di sebuah desa yang disebut desa Bogem-Sampung. Selanjutnya Kyai Khalifah memulai dakwahnya dengan mendirikan masjid dan pesantren di wilayah tersebut.


Setelah Mbah Kyai Hasan Ulama’ memegang Mursyid Thoriqoh Syathoriyah dan mendirikan Pesantren Takeran, beliau meletakkan dasar-dasar atau azas Pesantren Takeran yang merupakan cikal bakal Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) yang tercantum dalam Majmu’ah Risalah. Di Majmu’ah Risalah tersebut tertulis bahwa “Mbah Kiyai Hasan Ulama’ mendirikan Pesantren Takeran mempunyai maksud dan tujuan yaitu mendirikan dan mewujudkan sumber pendidikan, pengajaran, dan penyiaran Islam seluas-luasnya”. Dasar cita-cita beliau adalah “Memancarkan pendidikan luas tentang Islam sehingga Pesantren ini dapat mengeluarkan sebanyak-banyaknya orang yang cakap dan luas  serta tinggi kefahamannya tentang agama Islam rahin berbakti dan beramal kepada masyarakat, berdasarkan Taqwa kepada Allah, sehingga menjadi anggota masyarakat yang berilmu (terpelajar), beramal dan bertaqwa”.

KH IMAM MUTTAQIEN

KH. Imam Muttaqien merupakan penerus sekaligus putra sulung dari Kyai Hasan Ulama. Dalam sistem pengajaran yang beliau terapkan masih dengan mempertahankan yang diajarkan oleh Kyai Hasan Ulama. Pada masa ini beliau hanya melakukan pengembangannya yang telah luas.

PERUBAHAN DI MASA KYAI IMAM MURSYID MUTTAQIEN

Kyai Imam Mursyid Muttaqien adalah putra dari KH. Imam Muttaqien, diusianya 23 tahun beliau telah menggantikan ayahnya. KH. Imam Mursyid Muttaqien memprakarsai adanya sistem pembaharuan dengan pola kepemimpinan pesantren. Selain itu melakukan perubahan nama dari Pesantren Takeran menjadi Pesantren Sabilil Muttaqien. Sistem pendidikan melalui sistem pendidikan melalui pendekatan terpadu antara cara lama dengan cara baru. Cara lama / tradisional adalah dengan pengajaran “Weton Sorogan”. Cara baru sistem madrasah, dengan aturan klasikal sesuai dengan tingkatan umur dan kebutuhan yang ada. Pengenalan dan penerapan sistem ini diharapkan menjangkau yang lebih luas terhadap kemaslahatan umat, sehingga segala lapisan masyarakat dapat mengenyam pendidikan di Pesantren Takeran sesuai dengan tujuan pendirinya Kyai Hasan Ulama’.


KH. Imam Mursyid Muttaqien meletakan pengelolaan/pengembangan Pesantren yang terpadu melalui sistem mekanisme organisasi dengan kelengkapan struktur dan fungsinya. Sistem ini sama sekali tidak mengubah dasar/jiwa pendiri Pesantren Kyai Hasan Ulama’, tetapi merupakan pengembangan sistem yang lebih komprehensif / akomodatif dalam menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Setelah beberapa tahap pembicaraan yang mendalam dan mendasar, Kyai Imam Mursyid Muttaqien secara konsepsional membuat metode pengembangan Pesantren dengan suatu sistem kelembagaan yang terorgainisir dalam suatu mekanisme organisasi yang diberi nama “PESANTREN SABILIL MUTTAQIEN” dan dikukuhkan dalam rapat besar Pesantren di Masjid Jami’ Pesantren Takeran, tepatnya pada tanggal 16 September 1943 M/9 Syawal 1362 H.

PEMBERONTAKAN PKI 1948 DAN KRISIS KEPEMIMPINAN

Krisis kepemimpinan PSM terjadi saat peristiwa pemberontakan PKI 1948, yang menyebabkan Pemimpin Umum dan pengurus serta pengasuh banyak yang gugur. Siti Fauziah, merupakan adik dari KH Imam Mursyid Muttaqien yang merupakan pula anak dari KH. Imam Muttaqien berdasarkan pertemuan pengurus pusat menghasilkan Ihtifal V di Magetan dengan hasil, pembentukan organisasi di segala bidang dengan dipelopori olehnya. Dibawah kepemimpinan Siti Fauziah pula didirikan Muslimat PSM. Selanjutnya beliau menjadi istri KH. Mohammad Tarmoedji. 

CIKAL BAKAL SMK PSM WARUJAYENG

Kyai Moh. Kusnun mendirikan gedung barat yang nantinya akan menjadi cikal bakal SMK PSM Warujayeng dan MA PSM Tanjunganom pada 10 Mei 1952, dengan bantuan pengurus dan warga PSM cabang Tanjunganom. Gedung tersebut akhirnya diresmikan pada 19 Juni 1960, walau sebenarnya sudah mulai dipergunakan pada 16 Mei 1954. Gedung barat YPI PSM cabang Tanjunganom baru rampung dengan sempurna pada 15 September 1963. Sedangkan untuk SMK PSM sendiri baru menerima SK Pendirian secara resmi pada 2 Februari 1972.